• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Kisah Mengharukan Gadis Kecil Yang Sholehah

Aku akan meriwayatkan kepada anda kisah yang sangat berkesan ini, seakan-akan anda mendengarnya langsung dari lisan ibunya.

Berkatalah ibu gadis kecil tersebut:

Saat aku mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi didalam tidurnya. Ia melihat banyak burung pipit yang terbang di angkasa.Di antara burung-burung tersebut terdapat seekor merpati putih yangsangat cantik, terbang jauh meninggi ke langit. Maka aku bertanyakepada ayah tentang tafsir dari mimpi tersebut. Maka ia mengabarkankepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut adalah anak-anakku, dansesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang bertakwa. Ia tidakmenyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta tafsir tentangtakwil mimpi tersebut.

Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benarseorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yangshalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidakjuga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahaldia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka iamengenakan celana panjang di balik rok tersebut.

Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah.Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenapperkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempatpermainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yangperpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjagashalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailahdia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuahkemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yangma'ruf, dan senantiasa menjaga hijabnya.

Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.

Ibu Afnan melanjutkan ceritanya:

Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakanseorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalahseorang karyawan. Ia beragama Nasrani. Setelah Afnan mengetahui bahwapembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku serayaberkata: "Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaiankita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara diaadalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayanikalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagaipembantu kita!!"

Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantutersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebutmendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama, akusekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terusmendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Makaakupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.

Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pestapernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidakakan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujuipermintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnansangat mencintai pamannya tersebut.

Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuahgaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yangsangat cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengankecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini?Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?

Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpakami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Diamenyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan dikakiku." Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanyakepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insyaAllah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanyake rumah sakit.

Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalamsalah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaanTurki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat ituseorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.

Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya,dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkanseluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kamiduduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut diasangat bergembira dan berkata: "Alhamdulillah... alhamdulillah...alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalamkeadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah inihanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."

Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!

Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengankekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yangbersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya.Adapun penerjamah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!

Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.

Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannyameminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelumrontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencobauntuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akantetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak inginterhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."

Kami (aku, suamiku dan Afnan) pergi untuk yang pertama kalinya keAmerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambutoleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja diSaudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnanmelihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?"Dia menjawab: "Tidak."

Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuahkamar yang kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah saturuangan. Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementarakedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwasesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpunmengajaknya kepada Islam. Dan di sini datang seorang gadis kecil yangmendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.

Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecualimengamputasi kakinya, karena dikhawatirkan kanker tersebut akanmenyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya. Akan tetapi Afnansama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalahperasaan kedua orang tuanya.

Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melaluiMessenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu,apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka diamencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin bagi mereka untukmemasang kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satukalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalahmereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaansempurna." Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawabanAfnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan. Aku tidak memahamisesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana diananti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitubagaimana nanti dia akan mati."

Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!

Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya diatas ranjang, dan di sisinya terdapat sebuah tombol. Hanya denganmenekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius danjarum infus.

Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan, dan keadaannya sepertiorang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat diaterbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu' danshalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!

Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mengabari kami bahwa tidak adagunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akanmeninggal. Maka memungkinkan bagi kami untuk membawanya ke rumah. Akuingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku.

Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.

Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa diaberada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar,dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatirterjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi diatidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergikepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatkutercengang. Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajahAfnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihatkepadaku kemudian tersenyum. Dia berkata: "Ummi, kemarilah, aku maumenceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat." Kukatakan: "(Mimpi) yangbaik Insya Allah." Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantindi hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar.Engkau, dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanyaberbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."

Akupun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimutersebut." Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasannya aku akanmeninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupanmereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terusmengingatku, dan bersedih atas perpisahanku." Benarlah apa yangdikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, akumenahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali akumengingatnya, akupun bersedih atasnya.

Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku, dan ibuku. Saat ituAfnan berbaring di atas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata:"Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapunmenciumku. Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua."Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembaliberbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan,ucapkanlah la ilaaha illallah."

Maka dia berkata: "Asyhadu alla ilaaha illallah."

Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhaduallaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudiandia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadanrasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.

Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyakkasturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, keluargaku takutakan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamartersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillahi rabbil'aalamin. (AR)* PerhatianYuk lihat Semua artikel di blog ini Daftar isi

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment

Silahkan KOmentar Dengan Baik Dan Sopan .

J-Theme